skip to Main Content
Prof. Dr. Mohamad Fauzan Bin Noordin Dari The International Institute Of Islamic Thought (IIIT) Jelaskan Respon Islam Terhadap Permasalahan Etika Artificial Intelligence (AI) Di Universitas Al-Azhar Indonesia 

Prof. Dr. Mohamad Fauzan bin Noordin dari The International Institute of Islamic Thought (IIIT) Jelaskan Respon Islam terhadap Permasalahan Etika Artificial Intelligence (AI) di Universitas Al-Azhar Indonesia 

Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) menyelenggarakan acara Studium Generale “AI and Ethical Problems: How Does Islam Respond?” yang berlangsung secara hybrid di Ruang 317 lantai 3 dan di Zoom Livestream pada Jum’at, 5 Juli 2024. Studium Generale ini dilaksanakan dalam rangka menyampaikan respon dunia Islam terhadap Artificial Intelligence (AI) sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya etika dalam menggunakannya.  Pada kesempatan ini, UAI kedatangan tamu kehormatan dari The International Institute of Islamic Thought (IIIT) asal Penang, Malaysia, yang mengisi kelas umum tentang AI, yaitu Director East and South East Asia, Prof. Dr. Mohamad Fauzan bin Noordin. Tidak hanya kelas umum saja, pertemuan ini juga diisi dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Al-Azhar Indonesia. 

Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc., selaku Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) membuka Studium Generale “AI and Ethical Problems: How Does Islam Respond?” dengan menyampaikan sambutan dan ucapan terimakasih kepada perwakilan Director East and South East Asia The International Institute of Islamic Thought (IIIT), Prof. Dr. Mohamad Fauzan bin Noordin yang telah bersedia hadir di UAI untuk menyampaikan materi yang sangat bermanfaat bagi Sivitas Akademika UAI. Beliau mengatakan bahwa walau banyak yang belum mengerti secara detail tentang Artificial Intelligence (AI), tetapi warga Universitas Al-Azhar Indonesia harus memahami AI serta nilai-nilai etika dalam menggunakannya. “Saat ini banyak AI yang sudah sangat canggih, yang membuat kita bingung, hampir terkecoh, dan bisa juga akhirnya ada penipuan-penipuan atau hal yang tidak etis yang dilakukan berbasis AI,” tanggapan beliau terkait dengan rumitnya kasus AI saat ini. Sambutan ditutup dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UAI yang diwakili oleh Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc., selaku Rektor UAI, dengan Prof. Dr. Mohamad Fauzan bin Noordin selaku perwakilan IIIT Malaysia.  

Sesi Studium Generale disampaikan oleh narasumber yang berasal dari lembaga pendidikan yang berlokasi di Penang, Malaysia,.yaitu Director East and South East Asia The International Institute of Islamic Thought (IIIT), Prof. Dr. Mohamad Fauzan bin Noordin, serta dimoderatori oleh Kepala Pusat Komputer dan Inovasi Digital (PUSKID) UAI, Dr. Ir. Ade Jamal. Profesor asal Negeri Jiran Malaysia memulai kelas umum dengan menunjukkan video seputar kebaikan dan keburukan dari penggunaan Artificial Intelligence (AI). Sembari video ditayangkan, beliau mengatakan bahwa AI itu bagaikan sebuah pisau yang dapat digunakan untuk memotong buah atau untuk melukai orang. Melalui video tersebut, beliau menunjukkan bahwa AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi bakat pelajar dalam dunia pendidikan, tetapi juga dapat digunakan untuk memanipulasi manusia melalui deepfakes dan dapat menjadi senjata yang sangat berbahaya. “Penggunaan AI dan Teknologi itu tergantung dengan diri kita senditi, apakah mau mengarahkan ke arah kebaikan atau ke arah keburukan,”pesannya kepada peserta. Prof. Dr. Mohamad Fauzan bin Noordin membagi tiga sikap manusia ketika menghadapi AI yaitu ada yang menerima secara utuh tanpa disaring, ada yang menolak secara keseluruhan, dan ada yang menerima dengan secara selektif. Menurutnya, selama penggunaan AI berbasis pada niat yang lurus kepada Allah, maka penggunaan Artificial Intelligence dapat sejalan dengan nilai-nilai Islam. Pada paparannya, pemateri menunjukkan beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang dapat dikaitkan dengan penggunaan AI, mulai dari Surah Al-Alaq ayat 1-5 serta Surah An-Naml ayat 1, 16, 19, 22, dan 44. Beliau menutup acara dengan menjabarkan panduan menggunakan AI yang sesuai dengan Islam, yaitu berdasarkan pada nilai-nilai kebaikan (Thayyib, Thaher dan Salim), selektif, dinamis, berdasarkan ilmu pengetahuan, serta niatkan ibadah karena Allah.  

Dengan berjalannya Studium Generale ini, diharapkan sivitas akademika Universitas Al-Azhar Indonesia dapat memahami pentingnya etika dalam menggunakan Artificial Intelligence serta respon Islam terhadap isu tersebut, agar dapat memanfaatkan teknologi tersebut dengan sebaik-baiknya. 

 

 

Back To Top