Atase Pendidikan KBRI Beijing Berbagi Wawasan tentang Kerjasama Pendidikan Indonesia-Tiongkok di Kelas Umum Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok UAI
Program Studi Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) mengadakan kelas umum pada Kamis, 10 Oktober 2024, di Ruang 317 C. Kelas umum ini menghadirkan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing, Yudil Chatim, SKM, M.Ed., yang membawakan materi bertajuk “Seeing is Believing: Peran Academic, Business, Government, Community, and Media (ABG-CM) dalam Kemitraan Kerjasama Pendidikan Indonesia-Tiongkok.”
Yudil Chatim, SKM, M.Ed., membuka perkuliahan dengan berbagi pengalaman pribadinya saat pertama kali menjejakkan kaki di Tiongkok. Awalnya, beliau berencana melanjutkan studi di Australia, namun kemudian memilih untuk belajar di Wuhan, Tiongkok. Beliau mengakui bahwa sebelum tinggal di sana, pandangannya tentang Tiongkok sarat akan stigma negatif, seperti negara yang tertinggal, budaya yang tak lazim, hingga negara yang kurang ramah terhadap Muslim. Namun, semua persepsi ini berubah drastis ketika beliau menemukan kemudahan dalam mencari makanan halal dan masjid di Tiongkok, bahkan lebih mudah dibandingkan di negara Barat. Melalui cerita ini, pemateri mengajak mahasiswa untuk membuka perspektif baru dan lebih mengenal Tiongkok.
Dalam pemaparannya mengenai kerjasama pendidikan, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing menyampaikan bahwa saat ini sebanyak 25 perguruan tinggi di Tiongkok telah memasukkan Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah. Selain itu, beliau memaparkan sejumlah program flagship antara Indonesia dan Tiongkok untuk memperkuat hubungan pendidikan, termasuk pendirian Rumah Budaya Indonesia (RBI) di Tiongkok, program joint degree, kerjasama University to University and Business (U to U-B), sertifikasi profesi, serta pelatihan untuk pendidik dan tenaga kependidikan.
Pemateri juga menguraikan tentang kemitraan pentahelix Academic, Business, Government, Community, and Media (ABG-CM) yang sedang dikembangkan antara Indonesia-Tiongkok dan ditargetkan akan beroperasi di 34 provinsi Tiongkok. Salah satu bentuk nyata dari kemitraan ini adalah program Double Degree, Research and Development (R&D) bersama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), pembentukan University Alliance bersama pemerintah daerah, pendirian China-Indonesia Cultural and Innovation Center, serta pelibatan media dalam kerjasama strategis.
Tak hanya membahas kerjasama bilateral, Yudil Chatim, SKM, M.Ed., turut menjelaskan upaya kolaborasi antara Tiongkok dan ASEAN dalam membentuk ASEAN-China Center of Excellence. Kerjasama ini meliputi bidang agrikultur, transportasi kereta cepat (high speed train), pengobatan tradisional, sumber daya mineral, serta pengembangan pelatihan Technical Vocational Education and Training (TVET).
Para mahasiswa Program Studi Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok UAI menyambut antusias materi yang disampaikan. Mereka memanfaatkan sesi tanya jawab untuk mengajukan berbagai pertanyaan kepada pemateri, mulai dari pengalaman pribadi Yudil selama berada di Tiongkok hingga pandangannya terhadap stigma yang kerap melekat pada negara tersebut. Sesi ini menjadi ajang yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk menggali lebih dalam pemahaman mereka tentang masyarakat dan budaya Tiongkok melalui pengalaman langsung dari pemateri.
Sebelum kelas umum ditutup, Wakil Ketua Dewan Pengurus Pusat Bahasa Mandarin (PBM) UAI, Drs. Murni Djamal, MA, menyampaikan penutupan dengan menggarisbawahi bahwa menurut Islam, mempelajari bahasa asing adalah suatu kewajiban, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Hujurat ayat 13. Beliau menyampaikan bahwa ayat tersebut menekankan pentingnya mengenal bangsa lain, yang salah satu caranya dengan mempelajari bahasa asing, termasuk Bahasa Mandarin. Beliau juga berpesan bahwa mempelajari Bahasa Mandarin secara serius dapat membuka peluang bagi mahasiswa untuk belajar dan berkarir di kancah internasional.
Melalui kelas umum ini, mahasiswa dapat memperoleh wawasan baru mengenai kerjasama pendidikan internasional serta memahami dinamika hubungan antara Indonesia dan Tiongkok secara lebih mendalam.