Menyambut Kemenangan
Oleh : Suparji Achmad
Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia membuat masyarakat khawatir akan kehidupannya ke depan, karena hingga kini belum ada kepastian kapan bencana non alam ini berakhir. Ditambah masyarakat, terutama umat Islam di Indonesia mengalami peristiwa untuk pertama kalinya menjalani ibadah puasa ramadhan tanpa aktivitas di Masjid akibat pandemi ini. Namun masyarakat kini tetap berharap menyambut terjadinya dua pesta kemenangan dalam waktu dekat ini.
Menyambut pesta kemenangan pertama yang ditunggu masyarakat khususnya umat muslim sudah pasti hari raya Idul Fitri yang pada tahun ini diperkirakan akan jatuh pada 24-25 Mei 2020. Dalam kondisi normal sebelum terjadinya pandemi Covid-19, umat Islam di tanah air bersuka cita menyambut kemenangan yang Fitri setelah menjalani ibadah puasa sebulan penuh. Mulai dari mudik, membayar zakat fitrah, sholat Idul Fitri berjamaah, sampai bersilaturahmi dengan sanak saudara maupun kerabat.
Namun tampaknya suka cita tersebut berubah menjadi duka cita. Mengapa demikian? Di awal Covid-19 mewabah di Indonesia antara akhir Februari sampai awal Maret lalu, pemerintah mengumumkan status tanggap darurat Covid-19 yang kini diperpanjang sampai 29 Mei 2029. Dampaknya, kantor-kantor, sekolah-sekolah menerapkan kerja dan belajar dari rumah atau stay at home. Selanjutnya Presiden Jokowi menetapkan pandemi Covid-19 sebagai bencana nasional pada 13 April 2020, yang di ikuti dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah. Pemerintah pun mengkampanyekan dan menghimbau agar masyarakat di rumah saja. Mengapa demikian? Karena pencegahan Covid-19 dapat dilakukan dengan cara mengurangi aktivitas di luar rumah yang dibarengi social distancing (jaga jarak sosial) dan psysical distancing (jaga jarak fisik).
Tidak sampai disitu, pemerintah juga melakukan pelarangan mudik yang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19. Aturan tersebut diberlakukan mulai 24 April 2020 sampai dengan 31 Mei 2020 untuk transportasi darat, 15 Juni untuk kereta api, 8 Juni untuk transportasi laut, dan tanggal 1 Juni untuk transportasi udara. Hal ini dapat diperpanjang dengan menyesuaikan dinamika pandemi Covid-19 di Indonesia.
Akibat berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah di atas, yang sudah hampir pasti kemenangan yang diraih umat Islam adalah kemenangan Idul Fitri. Idul fitri sendiri mempunyai makna bahwa setelah menjalani puasa sebulan penuh, maka segala dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. Sehingga seperti bayi yang baru lahir suci tanpa dosa.
Nah, menyambut pesta kemenangan yang kedua ini yang belum pasti dapat diraih oleh masyarakat. Pesta kemenangan yang dimaksud adalah berhasil mengalahkan Covid-19. Jangan bersedih hati dahulu atas hal ini. Tanda-tanda meraih kemenangan tersebut sudah mulai terlihat di DKI Jakarta. Sejak DKI Jakarta menerapkan PSBB pada 10 April lalu, kasus Covid-19 mengalami perlambatan. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyebut kasus positif corona di DKI Jakarta mengalami perlambatan pesat. Ssaat ini angka kasusnya sudah datar atau flat. Khusus DKI perkembangan yang terakhir kasus positif telah mengalami perlambatan sangat pesat dan saat ini sudah mengalami flat.
Hingga 27 April 2020, total kasus positif Covid-19 di Jakarta yang terkonfirmasi ada 3.832 kasus. Sebanyak 375 orang (10%) di antaranya meninggal dunia. Sebanyak 338 orang (9%) di antara total kasus positif telah sembuh. Diharapkan perlambatan kasus Covid-19 ini tidak hanya terjadi di DKI Jakarta saja, tetapi di seluruh daerah di Indonesia. Secara nasional pun berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 per 27 April 2020, dari 9.096 kasus Covid-19 di Indonesia, 7.180 pasien dirawat, 765 meninggal dunia dan 1.151 pasien sembuh. Artinya pasien sembuh lebih banyak dari pasien yang meninggal dunia.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyatakan terdapat perkiraan bahwa masyarakat Indonesia sudah bisa kembali hidup normal pada Juli mendatang. Diminta semua untuk bisa bekerja lebih keras lagi dan juga mengajak masyarakat agar lebih patuh, lebih disiplin, dan aparat bisa lebih tegas agar pada Juni kita mampu menurunkan kasus COVID di Indonesia, sehingga Juli diharapkan kita bisa mengawali hidup normal kembali.
Sementara, salah satu studi terbaru mengenai prediksi kapan pandemi Covid-19 berakhir dirilis oleh Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD). Tim peneliti SUTD membuat pemodelan prediksi yang memperkirakan kapan berakhirnya pandemi corona di dunia dan sejumlah negara lain, termasuk Indonesia. Studi yang dikerjakan tim SUTD tersebut berbasis pada analisis data kasus yang diperbarui hingga 25 April 2020. Hasil pemodelan SUTD menunjukkan kurva angka kasus pandemi corona di dunia kemungkinan terus melandai pada Mei hingga Juni mendatang. Sekitar 97 persen kasus diperkirakan berakhir pada 29 Mei 2020. Selanjutnya, kurva diperkirakan terus melandai hingga 8 Desember 2020, saat 100 persen kasus berakhir.
Sedangkan di Indonesia, kurva data kasus diperkirakan mulai bergerak melandai pada bulan Mei. Hasil studi SUTD juga memperkirakan 97 persen kasus Covid-19 di Indonesia akan berakhir pada 6 Juni 2020. Selanjutnya, pada 23 Juni 2020, sebanyak 99 persen kasus diprediksi berakhir. Dengan demikian, memasuki awal Agustus angka penambahan kasus baru diperkirakan telah berada pada level terendah.
Prediksi lainnya pernah disampaikan tim peneliti yang dipimpin oleh Guru Besar Statistika UGM, Profesor Dedi Rosadi. Hasil pemodelan matematika yang dikerjakan Dedi menyimpulkan, pandemi Covid-19 di Indonesia diperkirakan berakhir pada penghujung Mei 2020, dengan estimasi jumlah total kasus minimal 6.174 pasien. Analisis yang disampaikan oleh Dedi menunjukkan wabah Covid-19 di Indonesia akan berakhir dalam 100 hari setelah pengumuman kasus pertama. Sementara lonjakan tertinggi angka kasus Covid-19 di Indonesia diprediksi terjadi pada pekan kedua April 2020.
Namun, saat mengumumkan hasil studi ini pada awal April lalu, Dedi mengingatkan penurunan angka kasus baru dapat terjadi jika ada langkah pencegahan maksimal. Misalnya, kegiatan mudik ditiadakan dan aktivitas ibadah pada Ramadhan 2020 tidak melibatkan banyak orang di tempat umum, seperti masjid.
Berdasarkan pemaparan di atas, terbayang kebahagiaan bebas dari Covid-19 akan terjadi. Pesta kemenangan pun bakal di gelar. Pesta yang dimaksud bukan pada arti yang sebenarnya, tetapi masyarakat yang kurang lebih sejak Februari 2020 lalu aktivitas terbatas, mulai dari tidak bisa bekerja mencari nafkah di luar rumah, aktivitas belajar mengajar tidak bisa digelar di sekolah maupun kampus-kampus sampai tidak bisa bersosialisasi, semuanya kembali normal. Tentunya, perekonomian Indonesia yang semakin terpuruk akibat wabah yang sudah mengglobal ini juga ikut kembali normal.
Untuk menyambut pesta kemenangan tersebut terwujud, selain mengikuti kebijakan dan himbauan pemerintah perang melawan Covid-19, seperti selalu memakai masker ketika beraktivitas di luar rumah, jaga jarak sosial dan fisik serta tidak mudik, yang utama harus dilakukan adalah perbanyak berdoa kepada Allah SWT. Apalagi di saat bulan puasa ini, dimana berdasarkan hadits yang dinilai Hasan oleh Imam Tirmizi dan Hafidz Ibnu Hajar bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak, pemimpin yang adil, orag yang berpuasa hingga dia berbuka, serta doa orang yang didzalimi, Allah angkat di atas awan pada hari kiamat.” (*)
Sumber
Facesia