Istana Disebut Telah Kantongi 3 Nama Calon Kapolri, Ini Daftarnya
Jakarta, law-justice.co – Pihak Istana Negara disebut sudah mengantongi tiga nama calon Kapolri penganti Jenderal Idham Azis yang akan pensiun pada Januari 2021.
Kabar tersebut disampaikan pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin.
Menurut dia, tiga nama calon Kapolri yang sudah dikantongi Istana adalah Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono, Kepala Baharkam Polri Komjen Pol Agus Andianto dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar.
“Info yang saya dapat Istana mereka sudah mengantongi tiga calon kuat Kapolri. Mereka adalah Pak Gatot, Pak Agus dan Pak Boy,” ujar Ujang seperti melansir sindonews.com.
Soal tidak adanya nama Kabareskrim Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo dideretan nama-nama tersebut, Ujang mengaku tidak mengetahui. Yang jelas dia melihat masih terjadi tarik menarik yang sangat kuat.
“Kita tidak tahu apakah peta politik akan berubah atau tidak yang jelas semua keputusan tergatung Presiden Jokowi,” tandas Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini.
Menurut Ujang, masing-masing calon tentu mempunyai kekurangan dan kelebihan. Tapi yang jelas kata dia, orang yang dipilih menjadi Kapolri adalah orang yang dekat dengan Presiden.
Dengan kata lain, orang tersebut bisa mengamankan kebijakan Presiden. Kemudian juga “bisa diatur”.
Misalnya, mengamankan orang-orang Presiden yang terkena kasus supaya jangan diusut. Di situlah nilai politisnya.
“Kalau saya, melihat sederhana. Yang penting, chemistry atau kedekatan dengan Presiden. Soal mereka melobi jalur A, B, C itu namanya usaha dan itu sah-sah saja,” ujar Ujang.
Selain kedekatan, ada juga jalur lobi dan kerja-kerja profesional. Soal geng-gengan atau kelompok juga berpengaruh. Misalnya, geng angkatan, itu juga kencang.
“Jadi, ada tiga poin yang saya tanggap. Pertama, lobi sudah benar, kerja profesional juga benar, kemudian sama kedekatan. Nah, dari tiga poin itu, saya melihatnya kedekatan yang paling utama. Sebab, kalau Kapolri yang dipilih tidak membuat nyaman Presiden, buat apa?,” tutupnya.
(Annisa\Editor)
Sumber
Law-Justice