skip to Main Content
Deputi Grand Syekh Al-Azhar Kairo, Mesir, Sambangi Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Bahas Pentingnya Menjaga Dan Menerapkan Wasathiyah Dalam Islam 

Deputi Grand Syekh Al-Azhar Kairo, Mesir, Sambangi Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Bahas Pentingnya Menjaga dan Menerapkan Wasathiyah dalam Islam 

Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) menyambut kedatangan deputi Grand Syekh Al-Azhar Kairo, Mesir, Prof. Dr. Mohammed Abdel Rahman Al-Duweiny, di Ruang Serbaguna UAI pada Jum’at, 21 Juni 2024. Kedatangan beliau ke Universitas Al-Azhar Indonesia dalam rangka mempererat hubungan kerjasama antara kedua lembaga serta berdiskusi seputar peran lembaga pendidikan dalam menjaga Washatiyah dalam Islam. Pada kunjungannya ke UAI, deputi Grand Syekh Al-Azhar Kairo didampingi oleh Direktur Jenderal Lembaga Ulama Senior Al-Azhar, Mahmoud Sedki Hassan, Wakil Duta Mesir untuk Indonesia, Dr. Usamah Hamdi, Ketua Kerjasama Hubungan Antar Lembaga dan Kerjasama Luar Negeri Bank Negara Indonesia (BNI), KH. Anizar Masyhadi, M.A., dan Pejabat Fungsi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo Dr. Rahmat Aming Lasim. 

Acara dibuka dengan penyambutan yang sangat meriah oleh sivitas akademika Universitas Al-Azhar Indonesia yang berlangsung di lobi UAI. Mereka menyambut kedatangan tamu dari Universitas Al-Azhar Kairo dengan mengibarkan bendera-bendera Mesir dan Indonesia berukuran mini, yang dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Di Ruang Serbaguna, Rektor UAI, Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc., menyampaikan sambutan dan ucapan terimakasih kepada Deputi Grand Syekh Al-Azhar Kairo, Mesir, Prof. Dr. Mohammed Abdel Rahman Al-Duweiny, beserta perwakilan Universitas Al-Azhar Kairo dan perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo yang telah bersedia hadir untuk bersilaturahmi ke UAI. Rektor memperkenalkan UAI kepada para tamu, mulai dari sejarah pendirian UAI, hingga pencapaian yang telah diraih oleh UAI. Beliau menjelaskan bahwa UAI beserta seluruh lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan Pesantren Islam Al Azhar (YPIA) dibangun dari Masjid Agung Al-Azhar Jakarta. “UAI yang didirikan pada tahun 2000, Alhamdulillah bulan Juni ini sudah menjadi satu dari 120 Universitas Unggul di Indonesia, dari 4000 universitas di Indonesia. Jadi kami hanya 1 persen yang disebut Universitas Unggul di Indonesia,” ucap beliau dengan bangga. Rektor juga mengumumkan bahwa Universitas Al-Azhar Indonesia dan Universitas Al-Azhar Kairo telah menjalin hubungan kerjasama sejak tahun 2013-2018. Pada saat itu, tim delegasi UAI yang dipimpin oleh Drs. Murni Djamal, M.A., telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Universitas Al-Azhar Kairo. Beliau berharap kepada Deputi Grand Syekh Al-Azhar Kairo untuk membantu melanjutkan kerjasama antara kedua lembaga, dengan harapan terjadinya pertukaran dosen dan mahasiswa UAI dibidang pendidikan, riset, serta inovasi ke Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. 

Prof. Dr. Mohammed Abdel Rahman Al-Duweiny, menyampaikan topik diskusi tentang peran Al-Azhar Kairo Mesir dalam pengawalan Islam Wasathiyah, yang disampaikan menggunakan dalam Bahasa Arab. Beliau memuji atas keramahan dan kebaikan warga Indonesia, serta tidak menyangka bahwa rakyat Indonesia dan rakyat Mesir ternyata memiliki hubungan yang sangat erat. Beliau memulai diskusi dengan menjelaskan makna Wasathiyah berdasarkan Firman Allah dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Menurut Deputi Grand Syekh Al-Azhar, Islam itu harus berada di pertengahan di perkara yang berlainan. Oleh karena itu, beliau menyampaikan makna wasathiyah sebagai keseimbangan dalam menjalani kehidupan akhirat dan duniawi, sehingga jangan sampai terlalu sibuk dengan kehidupan dunia dan terlalu sibuk dengan akhirat saja. “Wasathiyah dalam Islam itu memposisikan manusia sebagai manusia, tidak melebih posisi ketuhanan Allah SWT dan tidak merendahkan dibawah makhluk-makhluk yang lain,” ucap Deputi Grand Syekh Al-Azhar. Wasathiyah yang ditawarkan oleh Al-Azhar jauh dari ta’asub atau fanatisme dari salah satu mazhab atau aliran tertentu, dan juga tidak sama sekali mengatakan tidak bermazhab. “Wasathiyah yang ditawarkan juga bukanlah sebagai wasathiyah yang menggambarkan kelemahan, tetapi sebagai wasathiyah yang diperlukan oleh manusia supaya keluar daripada segala problematika yang dihadapi dalam kehidupan” tegas beliau. Pemateri mencontohkan kehidupan Nabi Muhammad SAW sebagai gambaran yang sangat sempurna dalam menjalankan wasathiyah. Beliau menutup pidatonya dengan menyampaikan pesan jadikan nilai-nilai wasathiyah dalam Islam sebagai jalan hidup, baik ketika bermasyarakat maupun menjalani kehidupan beragama, serta menegaskan bahwa Islam selalu mengajak manusia untuk hidup dengan damai, bukan dengan kekerasan. 

Semoga kedatangan Deputi Grand Syekh Al-Azhar Kairo, Mesir, ke Universitas Al-Azhar Indonesia dapat menjadi manfaat bagi kedua lembaga, serta dapat meningkatkan hubungan kerjasama dibidang pendidikan, riset, inovasi, serta dalam penyebaran Islam yang Wasathiyah.  

 

Back To Top