Sebanyak 238 anak muda dari berbagai daerah di Indonesia antusias mengikuti Gen Shine, puncak acara KARISMA Islamic Fair (KIF) 2025 yang digelar di Aula Buya Hamka, Universitas Al-Azhar Indonesia, Ahad (28/9/2025). Kegiatan ini turut dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Dr. Ir. Ahmad Husin Lubis, M.Sc. selaku Ketua Pengawas Yayasan Pendidikan Al-Azhar Indonesia, Sigit Tripuruca dari Lembaga Amil Zakat Al-Azhar, Dr. Faisal Hendra, Lc. M.A. selaku Wakil Rektor III Bidang kemahasiswaan dan Alumni Universitas Al-Azhar Indonesia, serta Denny Hermawan, S.T., M.Kom. sebagai pembina LDK KARISMA UAI. Kehadiran tokoh penting bukan sekadar seremonial, melainkan juga menyampaikan pesan inspiratif yang meneguhkan semangat dakwah dan kepedulian sosial, khususnya dalam memperkuat solidaritas generasi muda Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina.
“Visi Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, Universitas Al-Azhar Indonesia, Masjid Agung Al-Azhar, dan UKKM LDK KARISMA UAI sesungguhnya saling terkait dan saling menguatkan. Keselarasan visi inilah yang menjadi pondasi kokoh…”., ujar Dr. Faisal Hendra, Lc., M.A., Wakil Rektor III Universitas Al-Azhar Indonesia.
Dr. Ir. Ahmad Husin Lubis, M.Sc., selaku Pengawas Yayasan Pendidikan Al-Azhar Indonesia, turut memberikan apresiasi pada momentum milad ke-24 “Saya, mewakili segenap keluarga besar YPI Al-Azhar, menyampaikan selamat milad ke-24 untuk LDK KARISMA UAI…”, ujarnya.
Acara tahunan ini diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Kampus Keluarga Rohani Islam Mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia (LDK KARISMA UAI) menjadi ruang kolaborasi anak muda untuk bertemu langsung dan belajar dari tokoh-tokoh inspiratif. Dalam sesi bertema Islamic Spirit for Humanity, para pembicara seperti Ustadzah Chiki Fawzi dan Ustadz Oday Al Akhras membahas civil movement sebagai langkah awal untuk Palestina dengan penuh semangat.
Di tengah dunia yang sering lebih sibuk menghitung angka kerugian ekonomi ketimbang nyawa manusia, gerakan sipil muncul sebagai napas baru perlawanan. Dari panggung Gen Shine, para narasumber mengingatkan bahwa civil movement bukan sekadar aksi spontan, melainkan strategi kolektif yang lahir dari kegagalan pemerintah melindungi nilai kemanusiaan.
Ustadzah Chiki Fawzi menggambarkan bagaimana persiapan solidaritas bahkan dimulai jauh sebelum sampai di Gaza. “Ketika kita menunggu teman-teman berlayar dari Tunisia menuju Gaza, kita dilatih banyak pelatihan terkait militer dan skenario pelayaran-pelayaran sebelumnya,” ceritanya. Pelatihan ini bukan untuk mengobarkan perang, tapi demi memastikan misi kemanusiaan bisa selamat melewati risiko.
Persiapan itu bahkan menyentuh hal-hal detail. “Kita dilatih mulai dari jenis-jenis IDF agar dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ketika bertemu dengan IDF di sana,” tambahnya. Ustadzah Chiki Fawzi menegaskan bahwa civil movement bukan aksi emosional tanpa arah. Ada strategi, ada ilmu, ada disiplin. Gerakan sipil yang efektif harus punya kesiapan setara, kalau tidak, niat baik bisa runtuh di lapangan.
Lebih dalam lagi, civil movement muncul karena banyak masyarakat yang merasa dikecewakan negaranya sendiri. “Aku percaya dengan civil movement, mereka banyak yang dikecewakan oleh government-nya. Civil movement dilakukan, kita melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh pemerintahan dengan tujuan karena Gaza,” ungkap Ustadzah Chiki Fawzi . Inilah inti gerakan sipil, yakni mengisi kekosongan ketika institusi resmi bungkam atau bahkan gagal menjalankan kewajibannya.
Namun, perjuangan tidak berhenti di lapangan. Ada musuh lain yang tak kalah berbahaya yaitu propaganda. Ustadz Oday Al Akhras menegaskan bahwa “Propaganda Barat banyak yang digunakan untuk menggoyahkan keinginan kita untuk melindungi Palestina, itu yang harus kita fight”. Perang informasi bisa membelokkan opini, melemahkan solidaritas, bahkan menghapus fakta sejarah. Karena itu, civil movement juga punya tugas menjaga narasi agar suara Palestina tidak terkubur dalam framing yang menyesatkan.
Pada akhirnya, ada dimensi spiritual yang memperkuat alasan mengapa gerakan sipil ini tak bisa dianggap sekadar pilihan politik. “Umat Islam wajib mempertahankan tanah Palestina karena itu adalah bagian dari aqidah umat Islam,” ungkap Ustadz Oday Al Akhras dengan tegas. Ini bukan hanya solidaritas kemanusiaan, melainkan panggilan keyakinan.
Dari kisah-kisah itu, jelas bahwa civil movement adalah langkah awal, bahkan fondasi, bagi perjuangan lebih luas. Ia lahir dari rakyat, bergerak dengan disiplin, dan bertahan melawan propaganda. Di saat banyak pemerintahan memilih kompromi, masyarakat sipil justru memilih bergerak. Pesannya sederhana tapi keras, kalau civil movement bisa mengambil alih peran negara, maka solidaritas global bukan lagi mimpi kosong, tapi kenyataan yang sedang dibangun dari bawah.
Menariknya, semangat ini juga berhasil menggugah rasa ingin tahu peserta muda yang hadir. Seorang audiens mengaku, “acara ini bikin saya penasaran, ya, jadi kan kalau dari flyernya itu, kita ngeliat, wah, Palestina nih, dimana berita sekarang lagi update banget ya kan? Habis itu saya langsung excited, gitu.”
Testimoni ini menunjukkan bahwa pesan para pemateri bukan hanya menyentuh, tapi juga relevan, membuat anak muda merasa terlibat langsung dalam percakapan global tentang keadilan dan solidaritas.
Sebagai wujud nyata kepedulian, Gen Shine juga membuka donasi untuk Palestina. Seluruh dana yang terkumpul, sebesar Rp6.397.535, disalurkan melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar, agar langsung sampai kepada mereka yang membutuhkan. Dukungan ini menjadi bukti bahwa semangat solidaritas tidak berhenti di ruang acara, tapi menjelma menjadi aksi konkret.
Dengan semangat kepalestinaan, LDK KARISMA UAI berharap Gen Shine menjadi batu loncatan bagi generasi muda Indonesia untuk semakin peduli, berkontribusi nyata, serta berani melangkah lebih jauh dalam mewujudkan mimpi dan perjuangannya.
Sejak berdiri, LDK KARISMA UAI konsisten menjadi ruang pembinaan mahasiswa Muslim Universitas Al-Azhar Indonesia dalam bidang dakwah, keilmuan, dan kepedulian sosial. Melalui agenda tahunan seperti KARISMA Islamic Fair, LDK KARISMA UAI terus berkomitmen menghadirkan program yang relevan dengan tantangan zaman, sekaligus memperkuat solidaritas generasi muda untuk Islam dan kemanusiaan.
Penulis : Riza Haryono (LDK Kharisma UAI)
- LDK KARISMA Hadirkan KARISMA Islamic Fair 2025
- LDK KARISMA Hadirkan KARISMA Islamic Fair 2025
- LDK KARISMA Hadirkan KARISMA Islamic Fair 2025
- LDK KARISMA Hadirkan KARISMA Islamic Fair 2025
- LDK KARISMA Hadirkan KARISMA Islamic Fair 2025
- LDK KARISMA Hadirkan KARISMA Islamic Fair 2025





