Film tidak hanya sekedar wahana hiburan namun juga menjadi media informasi dan edukasi bagi masyarakat. Maka dari itu, aksesibilitas film secara inklusif perlu diperhatikan dan disediakan. Termasuk bagi disabilitas, khususnya disabilitas sensori seperti disabilitas rungu dan netra yang memiliki keunikan dalam mengkonsumsi informasi.

Berdasarkan hasil penelitian dari Universitas Al Azhar Indonesia tahun 2018-2023 mengungkapkan bahwa keberadaan film yang aksesibel bagi disabilitas netra di Indonesia masih sangatlah jarang dan hanya hitungan jari. Padahal film menjadi salah satu wadah yang cukup diminati oleh penonton film disabilitas netra. Bahkan, film berbayar melalui streaming sekalipun menjadi aplikasi yang digandrungi oleh disabilitas netra.

Melihat pentingnya keberadaan bentuk film yang inklusif serta antusiasme netra terhadap film, Universitas Al Azhar Indonesia melakukan produksi tiga contoh film yang inklusif dengan menerapkan pedoman penyediaan deskripsi audio atau audio description dan close caption pada produksi film. Film ini diproduksi berdasarkan kajian penelitian tim pelaksana serta panduan produksi deskripsi audio yang diterapkan pada skala internasional.

Film inklusif dan aksesibel karya Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar ini tidak hanya menjadi konsumsi internal, namun turut ditampilkan melalui kegiatan kolaborasi antara SLBN A Pembina Lebak Bulus, Komunitas Low Vision New Gen dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Al Azhar Indonesia pada 07 Agustus 2025 lalu.

Melalui dukungan internal Prime Public Service Grant (PPSG) Universitas Al Azhar Indonesia, kegiatan ini tidak sekedar menonton film bersama, namun juga memantik semangat siswa disabilitas netra melalaui peningkatan pemahaman tentang bagaimana hak disabilitas atas informasi serta pelatihan public speaking peserta agar dapat bermanfaat untuk berkontribusi sebagai describer dalam produksi film-film yang inklusif dan aksesibel di kemudian hari.

Dalam pembuatan film inklusif sendiri, ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan, antaranya:

1. Ketersediaan Deskripsi Audio sebagai alat bantu disabilitas netra memahami informasi yang tidak ada dalam percakapan film, seperti setting, adegan senyap hingga suara-suara yang tidak terdeskripsi melalui percakapan.

2. Ketersediaan close caption sebagai alat bantu disabilitas rungu untuk memahami informasi suara dan dikonversi bentuk tulisan agar lebih mudah dipahami.

Lebih lanjut, pembuatan deskripsi audio yang dilakukan oleh Universitas Al Azhar Indonesia juga memperhatikan kaidah-kaidah pembuatan deskripsi audio agar keberadaan deskripsi audio ini tidak menggaggu keaslian dari film.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:

1. Penggunaan Bahasa yang mudah dipahami dan sederhana dalam penyampaian deskripsi

2. Deskriptor yang memiliki suara khas-pembeda dengan suara lainnya yang berasal dari film

3. Deskripsi Audio yang tidak muncul menimpal percakapan asli dari film

4. Ritme berbicara dari escriptor

Untuk lebih lanjut, menyempurnakan penyediaan fasilitas deskripsi audio pada film dapat mengecek kaidah yang tertulis pada W3C Web Accessibility Initiative sebagai pedoman Strategies, standards, and supporting resources to make the Web accessible to people with disabilities.

Pengenalan Film yang Inklusif dan Aksesibel bagi siswa netra di SLBN A Lebak Bulus diharapkan dapat menjadi bagian dari langkah dan kontrubusi Universitas Al Azhar Indonesia dalam mendukung lingkungan yang lebih inklusif dan aksesibel di Indonesia.

 

Penulis : Cut Meutia Karolina, M.I.Kom, Dosen Tetap Ilmu Komunikasi Universitas Al-Azhar Indonesia.

Sumber : sindonews.com