JAKARTA – Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) mendefinisikan ulang pendidikan gizi, mempersiapkan generasi baru lulusan gizi yang siap memimpin di industri dan kebijakan publik, dengan fokus khusus pada jaminan mutu pangan nasional, terutama prinsip Halal dan Thoyib.

Program Studi Gizi UAI menanggapi secara lugas anggapan yang membatasi prospek karier lulusan Gizi hanya pada peran di Rumah Sakit dan Puskesmas. UAI kini mengalihkan fokus pendidikannya untuk mencetak profesional yang siap di sektor manajerial dan kebijakan publik, terutama dalam konteks jaminan mutu pangan nasional.

Andi Muh Asrul Irawan, S.Gz., M.Si., Ketua Program Studi Gizi UAI, menegaskan bahwa lulusan Prodi Gizi UAI disiapkan untuk mengambil peran kepemimpinan.

“Seringkali masyarakat hanya melihat lulusan Gizi bekerja di rumah sakit atau mengejar status PNS. Namun, UAI melihat peluang di sektor manajerial dan kebijakan, dan untuk itu, kami menjadikan prinsip Halal dan Thoyib (baik dan sehat) sebagai keunggulan kurikulum,” kata Andi Muh Asrul Irawan. “Lulusan kami kami cetak untuk menjadi penggerak, baik sebagai nutripreneur yang mandiri maupun sebagai lulusan yang menjamin mutu pangan”.

Berlandaskan nilai-nilai Islami, UAI menjadikan prinsip Halal dan Thoyib sebagai keunggulan kurikulum. Keahlian ini dibentuk melalui mata kuliah wajib yang sangat relevan untuk tantangan saat ini, meliputi:

  1. Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH): Membekali mahasiswa dengan pemahaman komprehensif tentang regulasi dan implementasi SJPH di Indonesia (seperti PP Nomor 39 Tahun 2021), memastikan lulusan mampu mengawal kehalalan produk dalam industri makanan dan minuman.
  2. Pengantar Pangan Halal dan Thoyib: Prinsip Thoyib menuntut lulusan Gizi UAI untuk menerapkan standar sanitasi dan higienitas tertinggi pada setiap tahapan pengolahan pangan, sebagai bekal untuk menjaga keamanan pangan.

Keahlian spesifik ini secara langsung mempengaruhi program pemerintah berskala besar, termasuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG). “Kami melihat perdebatan di Badan Gizi Nasional (BGN) mengenai skema pelaksanaan MBG sebagai bukti bahwa peran Gizi sudah berada di arena kebijakan strategis,” jelas Andi Muh Asrul Irawan.

“Dengan bekal pengetahuan Sistem Jaminan Produk Halal, lulusan kami siap menjamin makanan program seperti MBG bukan hanya bergizi, tapi juga Halal secara kepatuhan, aman, dan higienis (Thoyib) dari pengadaan hingga penyajian. Ini adalah tanggung jawab moral dan keahlian teknis yang kami tawarkan,” tambahnya.

Profil Lulusan Prodi Gizi UAI saat ini memiliki peluang karier yang sangat beragam, didorong oleh tingginya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, Gizi, dan keamanan pangan:

  1. Auditor Halal: Lulusan sangat dicari sebagai auditor halal di lembaga sertifikasi atau penyelia halal di perusahaan, memastikan seluruh proses produksi memenuhi standar yang ketat.
  2. Nutripreneur dan Food Innovator: Dibekali jiwa entrepreneurship,  lulusan mampu menciptakan bisnis katering, konsultasi gizi, atau produk makanan dan minuman sehat yang terjamin kehalalannya, seperti mengembangkan lini makanan ringan sehat bersertifikat Halal.
  3. Ahli Gizi Industri: Berkontribusi di bagian Research & Development (R&D) atau Quality Control di industri makanan, mengembangkan produk dan label gizi yang inovatif.
  4. Konsultan Gizi Profesional: Memberikan saran gizi spesialis, termasuk di bidang gizi olahraga, untuk menunjang performa dan kesehatan optimal.

Program Studi Gizi Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) adalah program studi yang menonjolkan integrasi nilai-nilai Islami dalam kurikulumnya, secara khusus menekankan prinsip entrepreneurship serta penguasaan standar Halal dan Thoyib.

Ditulis oleh : Andi Muh Asrul Irawan, S.Gz., M.Si., Ketua Program Studi Gizi Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI).