Beijing, Tiongkok. (14/11/25). Di antara hiruk-pikuk kota Beijing yang tak pernah benar-benar tidur, seorang perempuan muda asal Padang Panjang sedang menapaki langkah besar dalam hidupnya. Namanya Berillya Imandika, alumni Program Studi Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok (BMKT), Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) angkatan 2017. Kini ia tengah melanjutkan pendidikan di jenjang S2, mengambil bidang Hubungan Internasional melalui jalur prestisius Chinese Government Scholarship di salah satu kampus terbaik dunia, Tsinghua University.

Akar yang Kokoh dari Tanah Minang

Perjalanan Berill dimulai jauh sebelum ia mengenal bangku kuliah. Ia menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas, Padang Panjang, Sumatera Barat. Di lingkungan yang menekankan disiplin dan kemandirian itu, Berill membangun fondasi karakter yang kokoh—baik spiritual, akademik, maupun sosial.

Di pondok itulah ia pertama kali menunjukkan kehausan akan ilmu dan kemampuan adaptasi yang besar. Ketertarikannya pada bahasa asing tumbuh seiring waktu, hingga membawanya memilih jurusan yang tidak umum di Indonesia: Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok.

Tumbuh Bersama Bahasa

Masuk ke Universitas Al-Azhar Indonesia membuka gerbang luas bagi perjalanan akademiknya. Di kampus inilah Berill tidak hanya belajar bahasa Mandarin, tetapi juga menghayati kebudayaan Tiongkok secara mendalam—mulai dari sastra, sejarah, filosofi, hingga diplomasi dan hubungan lintas budaya.

Kemampuannya dalam berbahasa Mandarin berkembang tajam. Ia dikenal sebagai mahasiswa yang rajin, tekun, dan tak ragu mengambil tantangan. Prestasinya mulai terlihat ketika ia mengikuti lomba kemahiran berbahasa Mandarin dan kebudayaan Tiongkok “Hanyuqiao” pada tahun 2019. Tidak tanggung-tanggung, Berill berhasil meraih Juara 1 tingkat nasional, sebuah pencapaian yang membuatnya berhak mewakili Indonesia ke babak internasional di Changsha, Provinsi Hunan, China.
Pengalaman bertanding di kancah dunia membuka cakrawala globalnya, mempertemukannya dengan peserta dari puluhan negara, sekaligus memperkuat mimpinya untuk berkiprah dalam hubungan internasional.

Menyongsong Dunia dari Tsinghua University

Cita-cita itu kini sedang ia wujudkan. Melalui perjuangan panjang dan proses seleksi ketat, Berill berhasil meraih Chinese Government Scholarship dan diterima di Tsinghua University, kampus yang sering dijuluki “MIT-nya China”. Di sana, ia mendalami isu-isu global, kebijakan luar negeri, kerja sama geopolitik, serta dinamika hubungan regional Asia–Pasifik. Penguasaan bahasanya yang mumpuni membuat ia lebih mudah memahami literatur, berdiskusi, dan berbaur dalam lingkungan akademik yang sangat kompetitif dan multikultural.

Bagi Berillya, menjalani studi di Tsinghua bukan hanya tentang titel akademik, tetapi juga tentang memperkuat jembatan hubungan antara Indonesia dan Tiongkok melalui pemahaman budaya, bahasa, dan diplomasi.

Menginspirasi Generasi Muda

Perjalanan Berill memberi contoh bahwa peluang besar bisa datang dari mana saja—bahkan dari kota kecil yang sejuk di Sumatera Barat—selama seseorang berani bermimpi dan berusaha dengan konsisten. Dari pesantren di Padang Panjang, ia melangkah ke Jakarta, lalu kini menempuh pendidikan di salah satu universitas paling bergengsi di dunia.

Dengan ketekunan dan kecintaannya pada bahasa serta hubungan antarbangsa, Berillya Imandika menjadi sosok inspiratif bagi generasi muda Indonesia yang ingin menapaki dunia global tanpa kehilangan akar budaya dan identitas diri.

Langkahnya mungkin masih panjang, tetapi setiap langkahnya telah membuktikan bahwa mimpi, bila diperjuangkan, dapat membawa seseorang jauh melampaui batas yang pernah ia bayangkan.