Kolaborasi riset internasional antara empat perguruan tinggi, yaitu UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), dan Istanbul University, resmi dimulai di Istanbul, Turki, pada 16–22 November 2025. Riset ini mengangkat tema besar Wasathiyah Islam atau Islam moderat, khususnya dalam perspektif dakwah dan pendidikan di Indonesia dan Turki. Penelitian ini merupakan hibah penelitian kolaborasi internasional dari Kementerian Agama Republik Indonesia.

Tim peneliti Indonesia terdiri dari Dr. Asep Shodiqin Maulana (UIN Bandung), Dr. Deden Mauli Darajat (UIN Jakarta), Dr. Tata Septayuda Purnama (UAI), dan Prof. Ismail (Istanbul University). Riset ini memperoleh dukungan pendanaan dari Program Bantuan Penelitian Berbasis Standar Biaya Keluaran (SBK) Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2025.

Tata Septayuda menegaskan bahwa Indonesia dan Turki merupakan contoh menarik dalam diskursus Islam moderat karena keduanya bukan negara agama, namun masyarakatnya mayoritas muslim dan memiliki dinamika relasi agama–negara yang kompleks.

Rangkaian Agenda Riset di Turki Selama Sepekan. Selama 16–22 November 2025, para peneliti telah melaksanakan kegiatan ilmiah di Istanbul dan beberapa kota sekitarnya, meliputi, wawancara akademik dengan para profesor bidang dakwah, pendidikan Islam, dan studi Turki modern di Istanbul University, Istanbul Zaim University, dan Ankara Sosyal Bilimler University.

Kunjungan institusi pendidikan, termasuk sekolah Imam Hatip dan lembaga kajian keislaman. Selain itu Fokus Gurp Diskusi intensif dengan komunitas akademik dan lembaga riset Turki mengenai moderasi Islam dan isu radikalisme. Lebih lanjut yakni observasi aktivitas dakwah berbasis media digital dan sosial masyarakat.

Pendekatan penelitian dilakukan secara kualitatif dengan desain komparatif, memadukan observasi lapangan, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Berdasarkan rumusan penelitian, Indonesia dan Turki sama-sama memperlihatkan komitmen kuat dalam mendorong praktik Islam moderat. Di Indonesia, model pendidikan pesantren seperti Pondok Modern Gontor dan YPI Al-Azhar, serta organisasi besar seperti NU dan Muhammadiyah menjadi fondasi penyebaran Wasathiyah melalui pendidikan dan dakwah.

Sementara di Turki, Imam Hatip Schools dan lembaga pemerintah Diyanet dan Kementerian Pendidikan bekerja sama dengan Asosiasi Guru Hayrat memainkan peran utama dalam membentuk identitas keagamaan generasi muda saat ini. Kedua negara juga aktif memanfaatkan media digital dalam dakwah sebagai upaya melawan radikalisme dan intoleransi.

Periset juga menekankan bahwa riset ini bukan hanya untuk publikasi ilmiah, melainkan kontribusi akademik dalam membangun narasi Islam moderat global. “Indonesia dan Turki adalah dua negara muslim berpengaruh. Jika keduanya mengambil posisi kepemimpinan intelektual dalam Wasathiyah, dunia akan melihat wajah Islam yang damai, inklusif, dan modern.

Hasil penelitian akan dipublikasikan dalam bentuk, prosiding konferensi internasional, artikel jurnal bereputasi global, dan buku akademik sebagai rujukan moderasi pendidikan dan dakwah.

Riset ini diharapkan memperkuat peran Indonesia dan Turki sebagai aktor strategis dalam perdamaian global, dialog antaragama, dan deradikalisasi keagamaan melalui pendekatan pendidikan dan dakwah. Melalui penelitian berbasis kolaborasi ini, para peneliti yakin bahwa Islam moderat bukan hanya konsep teoretis, namun dapat diterapkan melalui sistem pendidikan, kurikulum, strategi dakwah, dan kebijakan publik yang inklusif.

Tahapan riset lapangan di Turki akan berlanjut dengan penelitian lanjutan di Indonesia. Riset ini menjadi salah satu penelitian akademik terbesar terkait Islam moderat yang dilakukan lintas negara pada dekade ini.