Semua Pejuang Melawan Covid-19
SERPIHAN pikiran semua pejuang melawan Covid-19 merupakan bagian untuk mengapresiasi dan memotivasi semua pihak yang telah dan tengah berjuang melawan Covid-19. Pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia sejak awal Maret lalu, membuat aktivitas masyarakat serba terbatas. Hal itu dikarenakan pemerintah mengambil kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada akhir Maret 2020. Mengutip Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan, PSBB adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.
Kebijakan tersebut paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan dan pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Dampak dari kebijakan itu sudah pasti membuat masyarakat menderita. Jangankan untuk beraktivitas di luar rumah, sekedar untuk bertahan hidup saja mereka sulit. Namun dibalik itu semua, masih ada orang-orang yang berjuang melawan virus yang sudah memakan korban jiwa sebanyak 831 per 2 Mei 2020 di Indonesia. Berjuang melawan Covid-19 ini bukan dalam arti bagi mereka yang positif virus yang sudah mengglobal ini saja, tetapi juga mereka-mereka yang menyelamatkan dirinya sendiri, keluarganya, bahkan orang lain.
Pejabat pemerintahan terus berjuang dengan berbagai kebijakan untuk mencegah penyebaran covid-19. Perjuangan tersebut, penuh dengan resiko, karena bisa terpapar virus tersebut. Sebagai contoh, tiga pejabat negara yang positif Covid-19 akibat lebih mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan kepentingan dirinya sendiri. Pejabat tersebut yakni Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi (positif pada 14 Maret 2020) dan Wali Kota Bogor Bima Arya (positif 19 Maret 2020).
Menjadi pejabat negara, sudah pasti banyak pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam kondisi apapun, karena mereka memang ditugaskan dan digaji untuk kepentingan rakyat. Meskipun selama mereka terbaring di rumah sakit, tugasnya digantikan oleh para wakilnya, mereka tetap memantau kinerja bawahan. Apalagi Indonesia sedang mengalami pandemi virus yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya. Kabar baiknya, saat ini ketiganya sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan mereka bisa kembali beraktivitas untuk kepentingan rakyat.
Berikutnya para aparat keamanan, baik pihak Kepolisian dan TNI yang ditugaskan mengamankan bahkan ikut melakukan pencegahan penanggulangan Covid-19. Mereka terpaksa meninggalkan keluarga demi satu misi yang sangat mulia, yakni menyelamatkan rakyat dari bahaya Covid-19. Tugas mereka bertambah akibat Covid-19 ini. Tidaknya mengamankan, tetapi juga ikut membantu berbagai misi pemerintah agar program dan kebijakannya berjalan sesuai rencana. Salah satunya ikut membantu dan mengawasi penyaluran bantuan sosial agar benar-benar tepat sasaran dan sampai ke tangan rakyat yang membutuhkan.
Kita sering melihat, baik itu secara langsung maupun melalui media massa dan media sosial, anggota TNI/Polri berjibaku menyalurkan bantuan sampai ke pelosok daerah dengan medan yang sulit dan terjal. Padahal keluarga di rumah sangat mengkhawatirkan kondisi kesehatannya dibawah ancaman Covid-19. Hal itu memang sudah menjadi resiko dan tanggungjawab dari profesi yang mereka pilih. Tetapi itu semua lagi-lagi karena panggilan jiwa demi misi sosial yang lebih besar menyelamatkan rakyat dari ancaman Covid-19.
Pejuang berikutnya yakni para driver ojel online (Ojol).
Pasca pemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB, Ojol tidak diperbolehkan membawa penumpang. Mereka hanya diperbolehkan mengangkut barang dan makanan. Sudah pasti pendapatan mereka menurun drastis, karena masyarakat dilarang oleh pemerintah untuk beraktivitas di luar rumah akibat kebijakan PSBB di sejumlah daerah di Indonesia. Sebagai contoh di DKI Jakarta yang menerapkan PSBB hingga 22 Mei 2020. Ibu Kota negara Indonesia ini layaknya kota mati. Pendapatan drivel Ojol yang biasa per hari bisa mencapai Rp 300 ribu, kini untuk mendapatkan penghasilan Rp 50 ribu sampai 100 ribu saja sangat sulit.
Dengan kondisi yang demikian, para driver ojol tetap semangat beraktivitas di luar rumah selain untuk memenuhi kebutuhannya, mereka juga ikut berjuang melawan Covid-19 agar masyarakat tetap dirumah melakukan berbagai aktivitas. Driver ojol ini juga ikut mengkampanyekan himbauan pemerintah stay at home, social distancing dan physical distancing. Padahal, beraktivitas di luar rumah dalam kondisi seperti ini, potensi tertular Covid-19 sangat besar. Namun, para drivel ojol ini mengantisipasinya dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker, sarung tangan dan cairan pembersih tangan.
Tenaga Medis sebagai garda terdepan penanggulangan Covid-19, bisa dibilang sebagai pejuang yang paling menderita, karena dengan resiko yang tinggi dan sudah beberapa gugur dalam medan perjuangan. Keberadaan mereka sangat dibutuhkan. Namun yang mereka alami berbanding terbalik dengan perannya. Sudah banyak tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat merawat pasien positif Covid-19. Hal itu juga dikarenakan pemerintah tidak memperhatikan keselamatan mereka dalam bertugas, dimana APD sangat minim. Ada di suatu wilayah, sampai menggunakan jas hujan yang terbuat dari plastik untuk melindungi dirinya agar tidak tertular Covid-19. Belum lagi, sempat terjadi kelangkaan masker khusus kesehatan beberapa waktu lalu.
Masalah lainnya yang dialami oleh para tenaga medis yakni mereka dikucilkan dalam lingkungan sosialnya. Ada yang sampai di usir dari kontrakan/kosannya karena masyarakat khawatir tertular Covid-19. Namun sebenarnya, masyarakat tidak perlu takut karena dalam menjalankan tugas mulianya itu, mereka menggunakan APD lengkap serta mengukuti prosedur kesehatan. Seharusnya juga, masyarakat mendukung/menyemangati para tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas. Sebab, mereka sudah mengorbankan seluruh jiwa raganya dalam memerangi virus ini.
Mengapa Kita semua harus menyemangati? Karena banyak tenaga kesehatan sejak pandemi Covid-19 -kurang lebih dua bulan-, mereka tidak bisa bertemu dengan keluarganya hingga saat ini. Sebab, mereka memang ditugaskan penuh untuk merawat pasien positif Covid-19. Tidak hanya itu, mereka juga ikut merawat dan mengawasi orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP).
Dari itu semua, orang yang paling berjuang melawan Covid-19 adalah mereka-mereka yang patuh dengan himbauan pemerintah untuk stay at home atau di rumah saja untuk bertahan hidup sejak pemerintah mengambil kebijakan PSBB dan menetapkan Covid-19 sebagai tanggap darurat sejak akhir Februari lalu hingga 29 Mei 2020. Apalagi bagi mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK akibat Covid-19, dimana berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, ada 1,7 juta orang yang mengalami PHK dan dirumahkan sepanjang pandemi Covid-19 di Indonesia. Jumlah tersebut masih ditambah dengan 314.833 orang pekerja sektor informal yang juga terdampak Covid-19.
Keberlangsungan hidup para korban PHK ini semakin terancam, terutama para perantau yang berada di kota-kota besar. Sebab, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan mudik Idul Fitri 1441 H akibat Covid-19. Memang pemerintah menyediakan anggaran sebesar Rp 405,1 triliun untuk penanganan Covid-19. Faktanya, anggaran tersebut hingga kini belum benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Hal itu juga karena adanya dugaan anggaran itu di korupsi. Padahal, ancaman pidana mati bisa dikenakan bagi mereka yang mengkorupsi dana bantuan bencana.
Masih banyak lagi orang-orang atau profesi lain di luar yang disebutkan di atas tetap berjuang untuk kepentingan masyarakat dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, seperti petani, nelayan, buruh, guru dan lainnya yang semuanya layak dilabeli pejuang melawan Covid-19. Apresiasi pun juga harus diberikan kepada semua pihak yang telah berjuang melawan pandemi Covid-19 ini. Tidak cukup hanya diberikan bantuan oleh pemerintah, tetapi harus juga diberikan kepastian kehidupan yang normal dan masa depan yang lebih baik pasca virus ini berakhir. Semoga perjuangan panjang melawan monster corona segera berhasil. Semua pihak dapat kembali kepada kehidupan normal yang lebih baik. (*)
Sumber
Facesia