Soal Pencopotan Gatot Nurmantyo, Pengamat: Diduga Ada Rivalitas Sesama Tentara di Istana
PR DEPOK – Ucapan Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo soal pencopotan dirinya dari jabatan panglima TNI karena instruksi untuk memutarkan film G30S PKI menimbulkan pro dan kontra.
Tak sedikit pihak memberikan tanggapan terkait ucapan Gatot Nurmantyo. Salah satunya dari Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin.
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari RRI, Jumat 25 September 2020, Ujang Komarudin menduga pencopotan jabatan Gatot Nurmantyo karena adanya rivalitas sesama tentara dalam ruang lingkup Istana.
Adapun rivalitas di ruang lingkup Istana yang dimaksud Ujang Komarudin salah satunya adalah mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan.
“Dugaan saya mungkin mungkin saja saingan antar sesama mantan tentara. Yang satu beruntung karena dekat dengan Presiden Jokowi, yang satu lagi dicopot Jokowi,” ucap Ujang.
Lebih lanjut, Ujang Komarudin menilai yang terjadi di antara Luhut Binsar Pandjaitan dan Gatot Nurmantyo adalah suatu hal yang lumrah di dalam dunia politik.
Senada dengan pernyataan tersebut, Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun menegaskan pencopotan yang dialami Gatot Nurmantyo lantaran memiliki pengaruh dalam menganggu kontesasi pada Pemilu 2019.
Refly Harun menyebutkan Gatot Nurmantyo digadang-gadang akan masuk pada salah satu bursa calon pemilihan presiden yang potensial
Ujang menambahkan walaupun Gatot Nurmantyo telah menjadi korban keberpihakan di Istana, namun pendapatan dalam berjalannya proses kemunculan gaya baru PKI menjadi suatu pertanda yang perlu diperhatikan. Dirinya juga berpendapat, sikap tersebut menjadi hak dari Gatot Nurmantyo dalam memberikan perhatian dan menyuarakan suatu pendapat.
Sebelumnya diketahui Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan sekilas pada topik pembahasan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, ketika sedang mengadakan pertemuan di Restoran Sumire, Gran Hyatt, Jakarta pada 6 April 2018 silam.
Meskipun pada pembicraan saat pertemuan berlangsung tidak spesifik membicarakan soal Pilpres 2019 lalu, kala itu Luhut meminta agar Proabowo dapat maju kembali menjadi calon presiden periode 2019-2024.
“Malah saya bilang Pak Prabowo maju saja (pada pilpres 2019). Dia lagi mempersiapkan dirinya untuk maju,” kata Luhut usai memberikan materi dalam acara Orientasi Fungsionaris Tingkat Pusat Golkar, di Jakarta pada Sabtu, 7 April 2018 silam.
Pembahasan selanjutnya menurut hasil survei yang dilakukan oleh The Initiative Institue pada 16 Juli 2018 silam.
Pada pelaporan saat itu, eletabilitas Gatot Nurmantyo sebagai bakal calon Presiden pada Pemilu 2019 lalu, lebih unggul dibandingkan dengan Prabowo Subianto yang menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Gerindra.
The Initiative Institute menjabarkan, Gatot Nurmantyo berada pada posisi kedua setelah Joko Widodo. Saat itu diketahui elektabilitas Joko Widodo berada pada 77,8 persen serta Gatot Nurmantyo berada pada 63 persen.
Selanjutnya diduduki oleh Mahmud M.D sebesar 62 persen dan Prabowo Subianto sebesar 61,6 persen.
Lebih lanjut Anies Baswedan sebesar 58,7 persen, Sri Mulyani Indrawati sebesar 53,3 persen, terakhir Tuan Guru Bajang Zainul sebesar 50 persen.***
Sumber
PR DEPOK