Apakah kecerdasan bangsa bisa ditentukan dari apa yang ada di piring makan kita? Pertanyaan ini menjadi pemantik dalam Focus Group Discussion (FGD) nasional yang diselenggarakan oleh Program Studi Gizi dan Teknologi Pangan (Tekpang) Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) pada Rabu, 28 Mei 2025. Bertempat di Ruang Serbaguna UAI, diskusi ini mengangkat tema “Protein Hewani dan Omega-3 untuk Sumber Gizi dan Perkembangan Otak Manusia.”

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari Seminar Nasional Gizi yang digelar pada 5 Mei 2025. Acara ini juga menjadi bagian dari pra-event Festival Ayam, Telur, dan Susu (FATS) 2025 yang akan berlangsung pada 19–20 Juli mendatang. FGD menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, antara lain akademisi, pemerintah, pelaku industri, asosiasi perunggasan, dan media. Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi lintas sektor, termasuk dukungan dari PT. Permata Kreasi Media dan Trobos Communication (TCom).

Rektor UAI, Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc., menegaskan pentingnya mendorong peningkatan konsumsi protein di masyarakat. “Kita tidak mau rakyat Indonesia disebut ‘IQ Jongkok’ karena tidak makan protein yang cukup,” ujar beliau. Rektor juga berharap kegiatan ini menjadi awal dari gerakan berkelanjutan yang menyebarkan kesadaran akan pentingnya gizi dan protein hewani.

Diskusi dipandu oleh Dr. Widiyanto Dwi Surya, MSc., selaku Direktur Aliansi Bisnis Strategis UAI. Beliau menyebut forum ini sebagai lanjutan dari seminar sebelumnya. Menurut beliau, kolaborasi lintas sektor adalah pendekatan terbaik untuk mengatasi persoalan gizi nasional.

Prof. Rizal Damanik, Ph.D. dari IPB University menyoroti kaitan antara gizi dan kemampuan literasi anak Indonesia. Ia menyebut konsumsi telur sebagai solusi gizi yang murah, praktis, dan lengkap. Telur juga dinilai efektif mencegah stunting jika dikenalkan sejak masa pranikah.

Senada dengan itu, Drh. Wayan Wiryawan menjelaskan bahwa telur Omega-3 merupakan superfood untuk kecerdasan. Hal ini karena telur mudah diperoleh, harganya terjangkau, dan bermanfaat untuk otak, daya ingat, jantung, hingga pencegahan penyakit kronis.

Dari sisi psikologis, Kaprodi Bimbingan Konseling Islam UAI, Dr. dr. Achmad Ushuluddin, M.Kes., menyoroti peran nutrisi dalam pembentukan kognisi dan emosi anak. Ia menyebut kekurangan gizi dapat mengganggu perkembangan prefrontal cortex dan memengaruhi kontrol emosi. Ia juga menambahkan dalam Islam mengonsumsi makanan yang halal, sehat, dan bergizi itu sangat diwajibkan.

Dalam sesi diskusi, Ari Santoso, S.Si., MS., selaku perwakilan dari Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan bahwa tujuan utama Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah untuk membentuk modal manusia yang berkualitas. Ia memaparkan bahwa program ini telah menjangkau lebih dari 15 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia. MBG menjadi salah satu program nasional terbesar dalam upaya perbaikan gizi.

Sesi utama dalam Focus Group Discussion berlangsung interaktif. Diskusi dipenuhi pertanyaan dan tanggapan dari dosen, mahasiswa, pelaku industri, hingga Wakil Rektor II UAI Bidang Sumber Daya. Semua pembahasan diarahkan untuk merumuskan rekomendasi nyata demi peningkatan konsumsi protein hewani, khususnya dari telur.

Dengan terselenggaranya Focus Group Discussion ini, UAI menegaskan posisinya sebagai institusi yang aktif berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Melalui kajian ilmiah dan kolaborasi multisektor, UAI terus berupaya menciptakan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.

Tertarik memahami lebih dalam bagaimana gizi memengaruhi kecerdasan, kesehatan, dan masa depan generasi bangsa? Ingin menjadi bagian dari solusi atas isu gizi nasional dan membangun karier di bidang yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat? Prodi Gizi dan Prodi Teknologi Pangan Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) adalah tempat yang tepat. Di sini, kamu akan dibekali ilmu, keterampilan, dan jejaring profesional untuk menjadi ahli gizi dan pangan yang mampu menjawab tantangan zaman. Yuk daftar sekarang juga!