Kemendagri Goes to Campus Nasional is Me: Kesalehan Sosial di Tengah Covid
Jakarta (11/05) – Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) semakin memusatkan segala kegiatan melalui digital, mulai dari kelas online, rapat online, hingga seminar online. Hal Ini juga berdampak pada ritual peribadatan di bulan Ramadhan yang tidak dapat dilakukan secara berjamaah. Walau dibatasi hal tersebut, Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 ini harus tetap ditanggapi dengan positif. Salah satunya melalui talkshow online bertajuk “Kemendagri Goes to Campus: Nasional is Me” yang diadakan oleh Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Politik dan Pemerintahan Umum yang bekerja sama dengan Yayasan Bentang Merah Putih.
Acara ini disiarkan serentak melalui 100.6 FM Heartline FM yang di-relay oleh Lembaga Penyiaran Radio Swasta Daerah se-Indonesia serta live streaming Youtube Heartline Network. Dipandu dengan host Yohanna Elizabeth dan Lutvianto Pebri, pembicara Ahmad Romzi, Founder Muslim Milenial dan Wakil Ketua Umum Siberkreasi membahas tentang “Kesalehan Sosial di Tengah Covid”.
Sederhanya, kesalehan sosial merupakan nilai-nilai keagaamaan yang diberikan Tuhan untuk menjadikan manusia pribadi yang lebih baik kepada manusia lainnya, baik kerabat dekat hingga kerabat jauh serta dengan latar belakang yang beragam. Sebab perlu diingat sabda Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa sesungguhnya Allah mengutusnya ke bumi untuk memperbaiki perilaku atau akhlak manusia.
“Agama adalah tentang akhlak, lebih dari separuh urusan agama itu bukan tentang ritual namun akhlak,” ucapnya dalam talkshow melalui sambungan telepon.
Lebih lanjut Romzi menjelaskan, terdapat tiga dimensi keagamaan yang harus dijaga, yaitu menjaga harta, menjaga agama, dan menjaga jiwa. Dalam agama, manusia diajarkan untuk tidak boleh hanya menjaga salah satunya saja. Misalnya, di bulan Ramadhan kita diharuskan menjaga agama dengan sholat berjamaah, namun dengan Covid-19 yang melanda, maka kita juga harus menjaga jiwa untuk tidak berpotensi menyebarkan penyakit ini kepada orang lain.
Kondisi seperti ini dapat dijadikan momentum untuk mengalami spiritual experience dalam hal konversi ketakwaan. Pandemi Covid-19 ini sebenarnya menjadikan seluruh umat beragama untuk beriman secara sempurna melalui keintiman ibadah dengan Tuhan.
“Kita dari dulu terbiasa mengekspresikan agama secara kolektif, tapi tidak menyadari agama juga sangat individual, dan sebenarnya ini menjadi momen dimana Tuhan menyuruh kita punya waktu khusus untuk Tuhan,” ujarnya kembali.
Selai itu Romzi juga menyerukan para pendengar untuk mengingat konsep al-aman qabla al-iman, yaitu keamanan didahulukan sebelum iman. Maka jangan sampai segala aktivitas mengganggu ketertiban dan keamanan sosial dengan mengatasnamakan keimanan. Penting bagi kita untuk menjalankan ibadah dengan tetap menaati aturan pemerintah di masa Covid-19 ini.
Meskipun ruang gerak sosial saat ini terbatas, jangan sampai pula kita melupakan keutamaan memberi kepada yang membutuhkan. Terlebih di era modern ini terdapat berbagai crowdfunding untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan kesejahteraan di masa pandemi yang berbarengan dengan bulan suci Ramadhan.