Pelatihan Mentor NQC: Menumbuhkan Generasi Qur’ani dan Agen Perubahan di UAI

Menjadi seorang mentor bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga belajar. Semangat inilah yang terlihat dalam kegiatan pelatihan mentor yang dilaksanakan oleh Direktorat Kemahasiswaan Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) dengan Nafa Quranic Center (NQC) pada Sabtu, 4 Oktober 2025 di ruang 006 dan 020 Basement UAI.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas mahasiswa peserta program Tahsin Al-Qur’an NQC, baik dalam pembinaan Al-Qur’an maupun kemampuan menjadi mentor yang inspiratif. Pelatihan ini diikuti oleh 46 peserta, terdiri atas 40 mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia, 6 alumni program sebelumnya, serta beberapa peserta perwakilan dari NQC yang turut hadir memperkuat sinergi antara lembaga.

Acara dibuka dengan sambutan dari Direktur Kemahasiswaan UAI, Dr. Iin Suryaningsih, S.S., M.A. Beliau menyampaikan bahwa program kerja sama antara NQC dan UAI telah berjalan selama delapan bulan. “Kelas pelatihan mentoring ini dirancang untuk mengembangkan kapasitas peserta, khususnya dalam mengelola kelas tahfizh dan tahsin Al-Qur’an”, ucap Direktur Kemahasiswaan. Menurut beliau, pelatihan ini tidak hanya bermanfaat bagi para mentor dalam mengelola kelas, tetapi juga menjadi manfaat bagi diri sendiri.

Perwakilan Nafa Quranic Center (NQC), Abdur Rofi’ Hamas, M.Pd., menjelaskan bahwa UAI menjadi pilot project pertama gerakan pemuda mengaji di Jakarta Selatan. Program yang telah berjalan delapan bulan ini bertujuan memberantas buta huruf Al-Qur’an, dengan mahasiswa sebagai agent of change dakwah. Ia juga mengapresiasi dukungan langsung Rektor dan pimpinan UAI serta menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, tetapi juga membentuk mindset Islami bagi para mentor.

Sesi Pertama: Mentoring sebagai Jalan Dakwah

Pelatihan sesi pertama diisi oleh Afwan Riyadi, S.K.M. Ia mengingatkan para peserta untuk percaya diri menjadi guru ngaji karena peran tersebut mengandung keberkahan. Pemateri menegaskan bahwa seorang mentor harus menjadikan dakwah sebagai sarana untuk mengajak manusia berbuat kebaikan dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Sesi Kedua: Keterampilan yang Harus Dikuasai Mentor

Dr. Nandar Sunandar, M.Si., selaku pemateri kedua, menegaskan bahwa mentoring dan dakwah merupakan fardhu kifayah, sehingga setiap mahasiswa perlu terus meningkatkan kualitas diri agar dapat memberi manfaat bagi umat. Ia juga memaparkan keterampilan penting yang harus dimiliki seorang mentor, yakni memahami karakter mahasiswa, membangun bonding, menjadi role model, menggali potensi anggota, serta menanamkan semangat iman dan akhlak.

Sesi Ketiga: Ilan-Nur, Jalan Menuju Cahaya

Dalam sesi terakhir, Abdur Rofi’ Hamas, M.Pd., selaku pemateri ketiga, memperkenalkan Metode Ilan-Nur dan microteaching. Menurutnya, Ilan-Nur berarti jalan menuju cahaya, karena Al-Qur’an adalah kitab cahaya (an-Nur) yang menuntun manusia menuju kebenaran. Metode Ilan-Nur terdiri dari tiga tingkatan pembelajaran, yaitu tingkat dasar, menengah, dan lanjutan. Menurutnya, metode Ilan-Nur telah disusun secara praktis dan sistematis, serta seluruh contohnya bersumber dari ayat Al-Qur’an.

Setelah pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan kerja kelompok dan simulasi microteaching. Para peserta dibagi menjadi enam kelompok, terdiri atas empat kelompok perempuan dan dua kelompok laki-laki. Setiap kelompok mensimulasikan proses pengajaran baca-tulis Al-Qur’an menggunakan Metode Ilan-Nur yang baru saja dipelajari. Di akhir sesi, perwakilan dari tiap kelompok maju untuk mempraktikkan metode tersebut di hadapan pemateri dan peserta lainnya.

Melalui pelatihan mentor NQC ini, UAI berkomitmen untuk terus membina mahasiswa agar tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berakhlak Qur’ani dan berintegritas tinggi.

Ingin jadi bagian dari generasi Qur’ani yang berprestasi dan berdampak? Temukan langkah awalmu di Universitas Al-Azhar Indonesia, tempat yang tepat untuk kamu! Yuk daftar sekarang di penerimaan.uai.ac.id.